[Cerpen] Tak Inginku Mengkhianati Negeriku

Taufiq Hendra Wijayanto
:
Hujan yang kala itu turun mengheningkan suasana rumah keluarga Derza, sebuah keluarga elit yang hidup di perumahan elit kota itu. Meskipun kala itu semua anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tamu, tapi tak ada suara yang keluar sedikit pun.

Dan tak lama kemudian, sang ayah pun berkata pada Derza, “papa berharap waktu yang sudah papa berikan ini kau manfaatkan dengan baik untuk memutuskan pilihan. Apakah kau mau ikut papa pindah ke Australia atau kau tetap di Indonesia yang sedang kacau ini? Perlu kau tahu, kemampuanmu di bidang iptek akan lebih di hargai di sana. Dan tentu saja teman ayah itu akan menjamin dirimu dengan gaji yang besar jika kau memilih bekerja di perusahaannya.”

“Aku mungkin memerlukan waktu lebih banyak lagi. Bukankah teman ayah itu berkata kalau aku ingin bekerja di perusahaannya, maka aku harus mengganti status kewarganegaraanku? Bagiku itu hal berat papa. Aku membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengambil Keputusan terhadap perintah papa yang satu ini.”

“Ayah tau kau akan berkata begitu.” Sang ayah mengambil nafas lalu berkata lagi, “Baiklah. Jika kau tidak mau mengikuti apa kata papa, keluar dari rumah papa. Papa tidak membutuhkan anak yang tidak mau mengikuti perintah papa.”

“Tapi pa-.” Perkataan Derza terhenti kala melihat sang ayah berdiri dan pergi dari hadapannya. Sang ibu pun berkata, “Apa yang di perintahkan ayahmu itu adalah yang terbaik untukmu. Kemampuanmu di bidang Iptek hanya bisa di hargai tinggi dan membuatmu terkenal jika bergabung dengan perusahaan teman papamu itu.” Sang ibu pun turut meninggalkannya.

Ini benar-benar Keputusan sulit baginya. Sang ayah berkeinginan agar Derza yang di kenal sangat hebat dalam dunia Iptek khususnya di bidang Ilmu Komputer itu bekerja di luar negeri, tepatnya di sebuah perusahaan inovasi teknologi yang berada di Australia milik teman ayahnya. Yang membuat Derza berat mengatakan ‘ya’ adalah karena ia harus siap meninggalkan status sebagai warga negara Indonesia sebab perusahaan itu hanya menerima pekerja yang memang status kenegaraannya adalah warga negara Australia.  Baginya berat meninggalkan negara yang ia cintai ini. Meskipun setiap liburan ia selalu berlibur ke luar negeri, tapi kali ini adalah hal yang berbeda. Bagi sebagian orang mungkin akan rela menjadi bagian dari negara lain selama di negara itu kehidupannya terjamin. Tapi bagi Derza tidak.

Ia  hidup dan tumbuh sebagai anak NKRI. Tanah inilah yang telah memberikannya kehidupan hingga ia bisa sebesar sekarang. Meski tanah NKRI sedang di guncang berbagai masalah saat ini, tapi tak mudah baginya untuk mengkhianati negerinya sendiri. Sudah tertanam kuat di hatinya semboyan “NKRI Harga Mati”. Tak ingin dirinya berkhianat hanya demi uang dan ketenaran.
Ia berpikir mungkin saja kemampuan dan keahliannya di bidang iptek bisa ia gunakan untuk mengubah negerinya ini.  Itulah mengapa ia masih menimbang pikirannya untuk memutuskan apakah ia akan tinggal atau mengikuti keluarganya berpindah negara.

::==::==::

Hari sudah semakin gelap dan Derza masih diam terduduk di sofa ruang keluarga. Lampu kala itu menyala otomatis ketika hari telah menggelap. Tak ada suara dari kedua orang tuanya yang terdengar meskipun semua anggota keluarga masih berada di rumah. Rasa lapar menggiringnya menuju dapur. Namun tidak ia temui apa-apa yang tersaji di atas meja.

Ia pun mengambil kunci mobil dan pergi keluar untuk mencari makan. Dalam perjalanannya, sering ia jumpai pengemis-pengemis yang meminta uang ketika mobilnya berhenti di lampu merah walaupun hari saat ini sudah menggelap. Para pengemis ini memang erat kaitannya dengan kemiskinan, salah satu permasalahan yang harus di hadapi pemerintah negeri ini.

Derza membeli 2 burger dan memakannya di dalam mobil. Kembali ia memikirkan apa yang harus ia katakan pada sang ayah. Memang saat ini ia masihlah belum mempunyai pilihan. Namun hatinya selalu berkata bahwa ia akan menetap di NKRI walau harus hidup seorang diri tanpa keluarga.

Saat sedang asik makan, tiba-tiba saja seseorang mengetuk kaca mobil Derza. Dengan spontan Derza melihat ke arah pengetuk kaca seraya membuka kaca jendela. “Ternyata benar kau Derza,” kata pengetuk kaca itu.

“Ada apa Husin?” tanya Derza. “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memastikan jika kau yang memang berada di mobil ini,” kata Husin—pengetuk kaca tadi.

“Ahh, kukira ada apa. Kau mengganggu makan malamku saja,” ujar Derza lalu kembali melanjutkan makannya. Sementara itu, Husin di luar sedang berusaha membuka pintu mobil. “Hey, kenapa kau kunci?” tanya Husin.

“Oh kau mau masuk? Kenapa tidak bilang dari tadi?” Derza pun membuka pintu dan membiarkan sahabatnya itu masuk. Ia duduk di samping Derza sambil memakan keripik kentang yang ia beli sebelum mendatangi mobil Derza.

Husin melihat Derza yang sedang memakan burgernya sambil melamun pun menjadi penasaran dan bertanya penyebab lamunan Derza. Awalnya Derza tidak berniat menceritakan masalahnya pada Husin. Tapi dengan beberapa bujukan dari sahabatnya itu, akhirnya Derza membuka mulutnya mengenai masalah yang saat ini ia hadapi.

Setelah beberapa menit bercerita. “Jadi itu masalahmu?” Husin bertanya demikian. Lalu setelah melihat anggukan Derza, ia kembali melanjutkan perkataannya, “jika aku berada di posisimu, aku mungkin akan berkata ya. Karena aku yakin kehidupanku akan lebih terjamin di sana. Dan kemampuanku bisa sangat berguna dan pastinya akan membuatku terkenal jika bekerja di perusahaan itu.

Tapi cita-citaku adalah menjadi seorang pengacara yang hebat. Kau tahu betapa susahnya aku menghafal sebagian besar undang-undang yang harus kupelajari? Aku yang sekarang pasti akan berkata tidak jika di tawar demikian.”

“Kau ada memiliki sebuah alasan untuk tetap tinggal. Tapi aku, satu-satunya alasan yang membuatku ingin tetap menjadi bagian dari bangsa Indonesia adalah karena aku cinta negeri ini. Dan itu saja tidak akan cukup untuk menyakinkan ayahku untuk tetap tinggal,” kata Derza.

Hari sudah larut malam. Husin meminta Derza untuk mengantarnya pulang sebab mobil miliknya sedang berada di bengkel. Melajukan mobilnya di tengah keramaian jalanan malam adalah hal biasa bagi Derza dan sahabatnya ini. Namun ini pertama kalinya mereka berada di mobil yang sama.

Setibanya di rumah Husin, Derza di ajaknya untuk melihat sesuatu yang berada di garasi. Itu adalah robot bawah air yang selama ini mereka kerjakan bersama. Robot itu mereka buat dari nol dengan uang jajan mereka selama masih berada di bangku SMA. Namun proyek mereka itu sempat di hentikan sewaktu mereka berkuliah. Namun secara diam-diam ternyata sahabatnya menyelesaikan robot itu sendirian.

Derza menatap kagum dengan robot hasil kerja keras mereka itu. Sekilas teringat kenangan sewaktu mereka bersama-sama membuat robot itu. Meski rela tidak jajan selama setahun, tapi rasanya itu sudah terbayarkan.

“Komponen terakhirnya sangat susah di dapat. Harganya juga mahal. Aku harus memesannya langsung dari pabriknya di luar negeri. Tapi setidaknya itu sebanding dengan apa yang akan kita dapat,” ucap Husin.

“Ya, robot bawah air kita sendiri. Kita tidak perlu membeli produk sejenis buatan luar negeri untuk menjelajahi bawah air Indonesia,” kata Derza. Tiba-tiba kekaguman Derza hilang untuk sesaat. “Apa berfungsi dengan baik di bawah air?” tanyanya kemudian.

“Itu masalahnya. Aku masih belum memasukan program ke dalam robot ini. Jadi aku belum mengujinya. Itulah mengapa kuajak kau ke sini,” ucap Husin.

“Tapi kita tidak bisa mengoperasikan robot ini hanya berdua. Minimal kita harus memiliki seorang lagi.”

“Tenang, aku akan mencari teman yang mengerti soal robot. Tugasmu hanya membantuku memprogram robot ini saja agar bisa di gerakan dengan baik di air memakai laptop.”

Setelah puas mengagumi robot bawah air itu, Derza pun memutuskan pulang sebelum hari terlalu malam yang akan membuatnya di marahi. Setibanya di depan rumah, ia di kejutkan dengan adanya sebuah mobil tak di kenali. Faktanya, mobil itu bahkan sama sekali belum pernah ia lihat di jalanan. Dan pastinya mobil itu sangat mahal.

Ia masuk ke rumah melalui pintu yang berada di garasi. Ia mengarah menuju dapur untuk bertanya pada pembantu. Ternyata yang sedang bertamu adalah teman ayah Derza bernama Wayne Johnson yang merupakan pemilik perusahaan inovasi teknologi di Australia. Menurut cerita dari ayah Derza, Wayne saat kecil di asingkan oleh kedua orang tuanya ke Indonesia. Ia berteman dengan Ayah Derza hingga akhirnya orang tua Wayne menyuruhnya untuk kembali ke negerinya.

Itulah mengapa ketika Derza mendekati ruang tamu, ayahnya berbicara dengan memakai bahasa Indonesia. Bahkan orang Australia itu begitu fasih berbicara dengan ayahku menggunakan bahasa Indonesia.

Derza mengintip sekaligus menguping pembicaraan mereka dari balik pintu. Sedikit celah pada lubang kunci dimanfaatkannya untuk mengintip. Tak lama kemudian, tamu itu berdiri dan pamit.

“Sudah malam. Aku akan pulang. Besok aku harus kembali ke Australia. Ada rapat penting. Oh satu lagi, aku sangat berharap anakmu itu nanti akan bekerja di perusahaanku. Aku ingin tahu seberapa hebat anakmu itu. Aku ingin tahu, apakah anakmu itu  mempunyai kemampuan yang lebih hebat dari pemuda-pemuda Australia yang bekerja di perusahaanku. Aku yakin, pemuda yang berada di Indonesia mempunyai kemampuan yang sangat berbeda dengan pemuda-pemuda di negaraku,” ujar tamu itu.

“Putraku masih belum memutuskan. Tapi aku akan tetap memaksanya. Lagi pula dalam beberapa Minggu, aku akan pindah ke Australia karena tuntutan pekerjaan. Jadi aku yakin putraku mau tidak mau akan ikut,” ucap ayah Derza.

Setelah percakapan mereka selesai, sang tamu pun meninggalkan rumah Derza. Geram adalah hal yang di rasakan oleh Derza kala itu. Orang itu benar-benar meremehkan bangsa Indonesia terutama para pemudanya.

Karena sudah malam, ia memutuskan untuk tidur. Ia berharap untuk tidak menemui ayahnya malam ini karena ia sudah tahu akan ke mana arah pembicaraannya. Mendengar perkataan dari orang Australia itu sudah membuat Derza yakin untuk tetap menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Keesokan paginya, Derza menyiapkan semua peralatan yang ia perlukan untuk memprogram robot bawah air. Mereka berencana membuat robot bawah air yang bisa bergerak secara otomatis berdasarkan instruksi dan juga manual. Itulah sebabnya peran Derza akan sangat penting dalam perkembangan robot bawah air mereka.

Meskipun tujuan awal pembuatannya hanya karena iseng, tapi setidaknya dengan selesainya robot itu bertanda bahwa mereka bisa menciptakan hal yang tak kalah hebat dari ciptaan orang luar. Walaupun sebenarnya robot bawah air sudah berkali-kali diciptakan oleh orang lain di berbagai negara.

Setibanya di rumah Husin, tanpa membuang lebih banyak waktu mereka pun mulai bekerja sama untuk menyempurnakan robot itu.  Dari pagi sampai sore, mata Derza selalu terpaku pada layar laptop dan robot itu. Pekerjaan ini memang tidak akan selesai dalam sehari. Apalagi ini adalah pengalaman pertama Derza memprogram robot. Jadi Ketika matahari telah terbenam, ia pun pulang.

Mereka kembali melanjutkannya keesokan harinya. Dan esok harinya lagi. Mulai dari pagi hingga Sore hingga akhirnya robot itu bisa bergerak dan bermanuver dalam air. Dan tak lupa melakukan hal-hal yang biasa di lakukan oleh robot bawah air lainnya.

Air mata kebahagiaan pun terlihat keluar dari mata kedua pemuda itu. “Kita berhasil” sorak Husin. “Kerja keras kita. Aku tak sangka bisa selesai.” Ujar Derza.

“Sekarang apa?” tanya Husin. “Mari kita perlihatkan robot ciptaan kita ini ke dunia!” ujar Derza
==[][]==
Beberapa hari kemudian, terdengarlah kabar mengenai olimpiade robot bawah air yang di adakan oleh perusahaan Inovasi Teknologi Australia. Dan tentu saja Derza dan Husin sangat bersemangat dan berkeinginan untuk mengikuti olimpiade itu. Meskipun mereka sadar kalau akan ada banyak peserta yang mungkin memiliki robot yang lebih canggih dari milik mereka, tapi mereka sangat yakin robot mereka bisa membuat kagum para juri.

Namun sebelum mereka memutuskan untuk benar-benar mengikuti olimpiade itu, mereka sering menghabiskan waktu untuk berlatih mengendalikan robot itu. Bermodal kolam renang milik keluarga Husin, mereka mencoba mengendalikan robot bawah air ciptaan mereka itu. Melewati jalan yang berliku penuh dengan sampah, kayu dan bebatuan yang sengaja di masukan, mereka mencoba mengambil gelang yang di lempar ke dalam kolam.

Setelah mereka memantapkan rencana untuk mengikuti olimpiade itu, kakak Husin pun mendaftarkan mereka. Bermodal uang tabungan Derza, mereka membeli tiket dan mengurus Visa dan Paspor untuk berangkat ke Australia.

Jadi pada malam sebelum Keberangkatan, Derza menyiapkan semua hal yang ia perlukan selama berada di Australia. Tentu saja rencananya ini di ketahui oleh kedua orang tuanya. Sang ibu pun telah memberi dukungan dengan memberi sejumlah uang. Namun sang ayah sepertinya masih belum mau berbicara dengannya.

Keesokan paginya, Husin bersama kakaknya menjemput Derza. Hanya sang ibulah yang mendampingi Derza hingga tiba di samping mobil.

“Ibu hanya bisa mendoakanmu dari sini saja. Kau tahu alasannya kan?”

“Ya. Aku tahu ibu. Aku titip salam untuk ayah. aku berjanji akan membanggakan dirinya. Aku berangkat dulu.” Derza pun memasuki mobil dan pergi menuju bandara bersama Husin dan kakaknya—Raisa.

==[][]==

Kini mereka telah berada di Australia. Mereka memesan 2 kamar di sebuah hotel. Husin dan Derza kembali memfokuskan diri untuk mengecek kondisi robot bawah air mereka. Sementara Raisa mencari informasi lebih jauh mengenai olimpiade itu.

2 hari kemudian, mereka pun mendatangi tempat di adakan olimpiade robot itu. Nyali Derza dan Husin mendadak menjadi menciut ketika melihat robot-robot yang akan menjadi lawan mereka. Semuanya terlihat sangat canggih dan bahkan anggota tim yang mereka miliki pun tidak hanya berjumlah  3 orang.

Husin tiba-tiba saja merasa mereka tidak akan punya kesempatan untuk menang dan mengajak Derza untuk membatalkan semuanya sebelum terlambat dan membuat mereka malu di hadapan semua peserta. Namun dengan sebuah pukulan di kepala Husin yang di lancarkan oleh sang kakak, Husin pun membatalkan niatnya dan kembali pada tujuan awal mereka datang ke negara ini.

Upacara pembukaan berlangsung dengan lancar. Di hadiri juga oleh Wayne Johnson, selaku pimpinan perusahaan Inovasi Teknologi di Australia. Ia juga merupakan orang yang menggagas olimpiade ini. Pidato Wayne di akhiri dengan kata “Take out your robots and finish all the obstacles. Compete with sportsmanship and be a winner.”

Dalam waktu 1 jam, persiapan untuk perlombaan pun di selesai. Perlombaan pun di mulai oleh tim robotika asal Italia. Tujuan lomba ini adalah mengendalikan robot-robot buatan masing-masing tim untuk melewati rintangan-rintangan yang ada agar dapat mencapai lokasi-lokasi penting. Di sana, akan terdapat 50 benda yang harus mereka ambil untuk mendapatkan poin. Semakin sulit medan dan rintangan untuk mendekati dan mendapatkan benda itu, maka poinnya juga akan semakin tinggi. Jangka waktu yang di berikan oleh panitia adalah sekitar setengah jam.

Namun itu adalah waktu yang sangat sedikit mengingat kesulitan medan yang di buat oleh panitia penyelenggara. Tujuan setiap tim adalah meraih poin setinggi mungkin agar bisa keluar sebagai pemenang. Dan tentu saja, ini tidak akan mudah di lakukan oleh Derza mengingat mereka hanyalah pemula yang nekat mengikuti Olimpiade yang pastinya di ikuti oleh tim-tim yang sudah sangat profesional.

Waktu terus berjalan hingga akhirnya sudah 7 tim yang telah menunjukan kemampuan robot mereka. Namun rata-rata, mereka hanya bisa mendapatkan sekitar 10 hingga 20 benda saja.
Tibalah saat bagi tim robotika asal Australia sendiri. Mereka cukup hebat dan robot mereka pun terlihat sangat canggih dengan alat pemindai medan yang terpasang pada robot mereka. Dengan mudah, robot mereka dapat mengambil benda terbanyak untuk saat ini yaitu sekitar 39.

Dan setelah tim Australia, giliran tim robotika asal Amerika Serikat. Dengan robot yang mereka namai ‘Predator Finder’ mereka dengan mudah menemukan sekitar 45 benda hanya dalam waktu 25 menit. Itu pun sebenarnya mereka masih dapat melanjutkannya lagi jika saja kabel mereka cukup panjang. Mengapa kabel? sebab robot mereka memakai sangat banyak teknologi mutakhir dan tentunya sangat boros daya, mereka pun harus memakai kabel untuk menyalurkan daya. Walaupun akhirnya kabel itulah yang menghambat mereka untuk mendapatkan ke-50 benda.

Dan tiba-tiba saja nyali Derza semakin menciut. Mendapatkan sekitar 38 benda agar bisa menjadi pemenang ketiga pastinya akan sangat sulit. Walaupun sebenarnya yang menjadi poin penilaian para juri bukanlah jumlah benda, melainkan jumlah poin yang mereka dapatkan dari masing-masing benda yang berhasil mereka dapatkan. Hingga saat ini, tim Robotika asal Amerikalah yang berhasil menduduki posisi tertinggi dengan peraihan poin sebesar 5300 poin. Di susul oleh Australia dengan 3900 poin.

Dan tak lama setelah persiapan medan selesai, tim Derza pun di panggil sebagai tim terakhir di olimpiade ini. Canggung dan gugup adalah hal yang mereka rasakan kala ini. Namun, Raisa terus mendukung adiknya dan Derza dengan perkataannya. “Kalian tidak perlu takut. Menang atau kalah itu hal biasa. Lakukan yang terbaik itu sudahlah lebih dari cukup. Tak perlu menjadi pemenang.” Kata-kata itulah yang di keluarkan Raisa sebelum memasukan robot buatan mereka ke dalam air.

Derza pun menarik nafas dalam-dalam di depan layar laptopnya. Tawa para penonton dikarenakan tim mereka sangat sederhana pun menambah ketidakpercayaan diri pada Derza dan Husin. Walau tak sedikit juga penonton yang mendukung mereka. Raisa pun kembali berkata, “ayo! Kita pergi ke sini bukan untuk di permalukan. Tunjukan kemampuan terbaik kalian dalam mengendalikan ROV buatan kalian.”

“Kita harus memikirkan strategi ekstrim. Bagaimana kalau kita mengambil benda-benda yang memiliki poin-poin tertinggi dahulu. Setidaknya itu memberikan kita kesempatan untuk mendapatkan poin yang tinggi,” kata Husin.

“Kau gila. Bahkan para peserta yang sudah pro saja kesulitan mengakses benda-benda yang memiliki poin tinggi,” ujar Derja. “Tapi gagasan Husin ada benarnya Derza. Bayangkan, apa reaksi orang-orang yang melihat ROV milik kalian bisa menjangkau benda-benda berpoin tinggi? Sudah kukatakan tadi kan, kita harus menunjukan yang terbaik,” kata Raisa.

“Baiklah!” Derza pun mulai menggerakan robot mereka ketika waktu mulai berjalan. Awalnya ia sedikit kebingungan akan medan-medan yang harus ia hadapi. Husin sebagai co-pilotnya pun terlihat cukup gemetar. “Mungkin, gagasanku adalah ide buruk!” kata Husin. “Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?! Sudah  terlambat untuk kembali. kita harus menyelesaikan semua ini sesuai rencana yang kau buat,” ujar Derza.

Sekilas Derza masih terlihat ragu. Namun tiba-tiba saja matanya mengarah ke para penonton. Tiba-tiba saja di sana terlihat kedua orang tuanya yang sedang melihat ke arahnya. Meski tidak memberikan semangat, tapi hanya dengan melihat sang ayah sedang menyaksikannya membuat Derza menjadi semangat dan mendapatkan kembali rasa percaya dirinya.

Derza pun tiba-tiba saja bisa mengendalikan robotnya itu dengan lebih baik. Dan pada akhirnya ia berhasil mendapatkan sekitar 29 benda namun yang berpoin tinggi sehingga membuatnya mendapatkan poin sebesar 3600 poin. Hal itu membuatnya berada di posisi ke-tiga di bawah Australia dan Amerika. Namun setidaknya itu sudah bisa membuatnya puas karena hasilnya benar-benar di luar perkiraannya.

==[][]==

Tibalah saat pembagian hadiah. Kini adalah giliran timku. Wayne selaku pimpinan perusahaan yang menyelenggarakan olimpiade inilah yang memberikan hadiah langsung pada Derza.

“Selamat Derza. Kau hebat! Tidak hanya hebat dalam membuat robot bawah air itu. Tapi juga hebat dalam mengendalikannya. Semoga kau mempertimbangkan baik-baik tawaranku untuk bergabung dengan perusahaanku. Tapi kau masih ingatkan syaratnya. Kalau kau ingin posisi bagus, kau harus menjadi warga negara Australia,” kata Wayne lalu pergi.

Husin dan Raisa pun berdiri terpaku karena mendengar orang Australia itu berbicara dengan bahasa Indonesia dengan sangat lancar. Kedua orang tua Derza pun turut mendatangi Derza. Sang ayah sedikit terlibat pembicaraan dengan Wayne setelah tiba. sementara sang ibu sedang sibuk memberi ucapan pada Derza dan Husin.

“Kau hebat Derza. Ibu sangat tak menyangka jika kau akan menang.”

Setelah selesai berbicara dengan Wayne, ayah Derza pun mendatanginya. “Jadi kau menang. Baguslah. Tidak sia-sia ayah datang ke sini,” kata sang ayah masih dengan sikap cuek.

“Terima kasih karena ayah sudah rela datang. Maaf aku hanya menjadi juara ketiga,” kata Derza.

“Bagi ayah, juara tiga sudahlah cukup. Kau sudah mengharumkan nama bangsamu. Hanya dalam beberapa menit dari sekarang, berita ini pasti akan tersebar di media Indonesia. Kau akan terkenal. Tapi hanya untuk sesaat. Dan itu tidak akan menjamin masa depanmu,” kata sang ayah.

“Aku tahu ayah. Tapi aku—“ perkataan Derza di hentikan oleh ayahnya. “Ayah sudah mempertimbangkannya. Ayah tidak akan memaksamu untuk bekerja di perusahaan teman ayah itu.”

“Benarkah ayah?” Sang ayah mengangguk. “Tapi berjanjilah. Kau harus menjadi orang sukses. Ayah tidak mau menjadi malu sebab kau menolak tawaran pekerjaan teman ayah itu.” Sang ayah pun berbalik dan pergi.

“Akhirnya. Aku tidak perlu membantah perintah ayah. dan juga berhianat pada negeriku,” batin Derza lega. Dan begitulah akhirnya. Derza mampu membuktikan bahwa Indonesia bukanlah negara yang berpengetahuan minim. Ia tak perlu menghianati bangsanya demi mengikuti perintah sang ayah.


Tamat

Tidak ada komentar

Postingan Terbaru

[Si Miskin Boruto] Chapter 2 : Gadis Yang Menyebalkan

Chapter 2 : Gadis Yang Menyebalkan : : Hinata yg mengetahui Boruto terluka pun segera mendekati Boruto yg sedang mencari ...

Diberdayakan oleh Blogger.