[Cerpen] Takdir Dapat Diubah

Taufiq Hendra Wijayanto

:

Di depan sebuah bengkel ternama di kota, seorang pemuda berusia 19 tahun terlihat sedang berjongkok membelakangi bengkel tersebut. Wahyu namanya. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan dan mulai menghapus keringat dari mukanya. Ia memegang sebuah Map di tangan kanannya. Map itu tentu berisi dokumen-dokumen yang di perlukan untuk melamar kerja.

Ini adalah ke tiga kalinya ia di tolak bekerja di bengkel besar. Namun sebelumnya, ia juga di tolak bekerja di 5 bengkel kecil. Padahal, Izajah SMK-nya harusnya sudahlah cukup untuk melamar kerja di bengkel kecil.

Matahari mulai bersinar terik tepat di atas kepala. Wahyu tidak ingin berlama-lama berada di depan bengkel yang baru saja menolaknya bekerja di sana. Ia mengeluarkan dompetnya dan mulai menghitung uang yang ada di dalamnya. “Lima puluh tujuh ribu,” ucapnya dengan wajah dan nada sedih.

Ia pun berjalan menuju sebuah warung karena saat ini ia sudah sangat lapar. Maklum, sehari ia hanya bisa makan sekali yaitu siang. Uang miliknya kini hanya bisa untuk makan beberapa hari saja. Nasibnya memang sedang buruk. Bengkel kecil saja tak mau menerimanya. Apalagi bengkel besar.

Setibanya di warung tersebut, Wahyu langsung memesan sebungkus Nasi dengan lauk tahu dan tempe di tambah sambal. Ia pun melahap Makan siangnya itu dengan nikmat. Setelah ia selesai, ia membayar dan pergi menuju tempat ia tinggal. Sebuah apartemen kumuh dengan ruang yang kecil adalah tempat Wahyu tinggal.

<<<OOO>>>

Setibanya di apartemennya, Wahyu langsung berbaring untuk menghilangkan rasa lelah. Dengan tidur akan membuatnya melupakan pedihnya kehidupan yang ia jalani. Semua kesusahannya pasti akan menghilang saat ia tidur. Kecuali fakta bahwa uang sewa apartemennya akan jatuh tempo bulan depan.

Sore hari, Wahyu terbangun akibat suara ketukan pintu yang keras. Ia pun segera membuka dan saat pintu tersebut di buka, terlihat seorang pria kekar yang sedang berdiri tegap di hadapannya. “Wahyu, kau sudah menunggak sebulan, kau harus membayar uang sewa sekarang atau keluar!” ucap pria tersebut dengan nada kasar.

“Tapi, bukannya baru jatuh tempo bulan depan? Dan aku membayar uang sewa bulan ini dan juga bulan depan?” tanya Wahyu merasa bingung. “Biaya sewa naik, kau harus membayar sekarang atau kau akan membayar 2 kali lipat,” ucap Pria tersebut.

“Bagaimana bisa? Aku bayar sekarang lalu bulan depan aku bayar lagi, begitu?” tegas Wahyu. “Ya, itu adalah perintah pemilik bangunan ini, kalau kau tidak suka, kau bisa keluar, masih ada yang mau menempati apartemen ini,” ucap Pria itu.

“Aku mohon, beri aku waktu. Sekarang aku belum memiliki pekerjaan. Dan tabunganku juga sudah habis, aku mohon beri aku kesempatan beberapa minggu,” ucap Wahyu. “Enak saja, kuberi waktu 7 hari saja, lebih dari itu, kau pergi,” ucap Pria tersebut lalu beranjak dari hadapan Wahyu. Wahyu pun menarik nafas kesal sekaligus lega.

<<<OOO>>>

Malam hari, Wahyu memutuskan untuk mencari kerja. Tapi kali ini ia tidak berniat untuk melamar kerja di bengkel. Ia memutuskan untuk bekerja apa saja yang penting ia bisa mendapat uang untuk makan dan membayar biaya sewa apartemen.

Di mulai dari bertanya pada sebuah toko kelontong hingga restoran, namun tidak ada hasil. Mereka menolak Wahyu mentah-mentah walaupun wahyu sudah mengajukan diri menjadi tukang bersih-bersih.

Hari sudah semakin gelap, udara dingin mulai terasa menusuk tulang. Wahyu menggigil sambil mencoba menghangatkan diri. Di sebuah bangku di bawah pohon besar, Wahyu duduk sambil memandangi kendaraan yang lalu lalalang di hadapannya. Keinginan untuk menjadi orang sukses dan memiliki kendaraan hanya bisa jadi angan-angan yang mungkin tidak akan pernah terwujud.

Cuaca malam itu lumayan cerah, terlihat beberapa bintang yang bersinar dan juga bulan yang menerangi tempat gelap seperti tempat wahyu sedang duduk sekarang. Wahyu menatap bintang sambil mengingat kedua orang tuanya yang telah wafat setahun yang lalu. Air mata pun mulai menetes dari matanya.

“Ayah, ibu, kuharap kalian tidak menjadi sedih karena mengetahui kehidupanku sekarang. Aku akan terus berjuang untuk merubah nasibku,” batin Wahyu lalu menghapus air matanya. Namun, semakin ia berusaha untuk menghapus air matanya, semakin banyak pula air mata yang keluar. Wahyu hanya bisa menangis dalam diam dan tenangnya sekitar.

<<<OOO>>>

Pagi hari, tak ada suara kicauan burung seperti di desa. Yang ada hanyalah suara kicauan berisik dari mobil dan motor yang berada di jalan raya di dekat apartemennya. Suasana yang harus ia alami setiap pagi hari ini mungkin akan membuatnya gila suatu saat.

Hari ini, ia memutuskan untuk mencari pekerjaan lagi. Memang cukup sulit mencari pekerjaan dengan modal nekad. Kali ini, ia tetap pada pendiriannya untuk mencari sebuah bengkel yang kemungkinan mau memperkerjakannya walau hanya menjadi tukang bersih-bersih atau bahasa kerennya Cleaning Service.

Di depan kaca, Wahyu berkata pada dirinya sendiri “Hari ini, aku akan berjuang, aku tidak akan pulang sebelum mendapat pekerjaan. Aku tidak boleh cepat menyerah, aku sudah berjanji pada diriku sendiri. Aku harus terus bersemangat,” ucap Wahyu dengan suara lantang sambil memandangi bayangan dirinya pada cermin.

Wahyu pun bersiap untuk berangkat. Dengan bekal beberapa lembar uang yang jumlahnya kurang dari 50, Wahyu berjalan meninggalkan rumah dengan niat besar yaitu mencari kerja untuk merubah takdirnya.

<<<OOO>>>

Beberapa jam mencari, ia tak menemukan bengkel yang bisa ia lamar bekerja di sana. Kebanyakan sudah pernah ia coba lamar dan hasilnya di tolak. Di tengah perjalanan, Wahyu melihat seorang pria yang sepertinya sedang kesulitan. Wahyu pun menghampiri pria tersebut.

“Selamat siang pak, sepertinya bapak kesusahan, jika boleh tahu ada apa?” tanya Wahyu setibanya di depan Pria tersebut. “Oh begini, mobil bapak rusak, saya sudah menelepon pegawai bengkel milik saya, tapi sampai sekarang belum juga tiba,” jawab pria itu.

“Hmph, saya ini lulusan SMK jurusan Mekanika, mungkin jika saya punya peralatan, pasti saya akan bantu bapak,” ucap Wahyu. “Kamu bisa?” tanya Pria tersebut tak percaya. “Iya,” jawab Wahyu singkat. “Saya punya peralatannya di bagasi, kebetulan saya selalu membawa peralatan bengkel kemanapun saya pergi, hanya kebetulan hari ini tangan kananku terluka, jadi aku tidak bisa memperbaikinya sendiri,” ucap pria tersebut.

Pria itu pun membuka bagasi dan mengeluarkan peralatan untuk memperbaiki mobil. “Kau yakin bisa, tapi jika kau kurang yakin, kau bisa mencobanya dulu, aku mau melihat kemampuanmu,” ucap orang itu. “Baik, aku akan mencoba, aku sering praktek memperbaiki motor dan mobil sewaktu sekolah, bisa di bilang aku sudah lumayan mengerti,” ucap Wahyu.

Wahyu pun mengambil peralatan dan mencoba memperbaiki mobil. Pemilik mobil itu pun menyaksikan Wahyu yang sedang serius mencari letak kerusakan dan memperbaikinya. “Anak ini punya potensi, tapi sayang dia hanya lulusan SMK dan pengetahuannya soal mesin masih kurang,” batin pria tersebut.

Beberapa menit kemudian, dengan bangga Wahyu meletakan semua peralatan kembali ke dalam kotak perlengkapan milik pemilik mobil itu. “Pak, mobil anda sudah selesai, mungkin bisa coba Starter,” ucap Wahyu. Pria itu pun mencoba menyalakan mobil. Percobaan pertama gagal. Mobil tidak menyala tapi, di percobaan starter kedua, akhirnya mobil pun berhasil menyala. Wahyu pun tersenyum bangga.

“Terima kasih, mobil saya sudah bisa nyala. Kau ternyata punya potensi,” ucap pria itu sambil mengambil uang dari dompet. Ia mengeluarkan 5 lembar uang seratusan dan ia sodorkan pada Wahyu. Wahyu hanya bisa terdiam sambil menatap uang itu. “Maaf pak, saya ihklas, saya membantu berniat untuk ibadah, bukan untuk mendapatkan uang,” ucap Wahyu.

“Ambil saja, saya ihklas, ini juga sebagai ongkos karena sudah memperbaiki mobil saya,” ucap Pria itu. Wahyu pun meneguk ludahnya sambil menatap lembaran warna merah yang terlihat mengkilap itu. Tangannya bergerak mendekati uang itu. Namun, bukan untuk menerima melainkan untuk menolak uang itu.

“Maaf pak, saya membantu dengan niat untuk ibadah. Jika saya menerima uang bapak, maka niat ibadah saya batal,” kata Wahyu. “Jadi kamu tidak mau menerimanya?” tanya orang itu. “Ya, terima kasih. Saya permisi dulu, saya mau melanjutkan perjalanan saya,” ucap Wahyu lalu beranjak meninggalkan orang itu dengan perasaan bangga tentunya.

<<<OOO>>>

Hari sudah semakin siang. Matahari saat itu sudah berada tepat di atas kepala. Udara di jalan raya juga semakin panas bahkann membuat Wahyu berkeringat. Rasa lapar pun mulai mengelitiki perutnya membuat Wahyu harus mencari tempat untuk makan. Namun, sejauh mata memandang ia tidak menemukan sebuah warung kecil.

Yang ada di sekitar adalah rumah makan dan restoran yang biasanya harga makanannya mahal. Uangnya mana cukup untuk membeli makanan di sana. Jika ia beli, belum tentu besok ia bisa makan lagi. Sambil memegangi perutnya yang mulai bentrok, Wahyu pun berjalan menyusuri jalan untuk mencari keberadaan warung makan kecil.

Setelah beberapa menit mencari, Wahyu sama sekali tidak menemukan warung yang ia cari. Ia hanya menemukan sebuah kios kelontong. Akhirnya, Wahyu pun memutuskan untuk membeli mie instan 2.

“Bang, Mie instan 2,” ucap Wahyu. “2, sabar,” ucap penjual. Wahyu pun menunggu sementara penjual sedang mengambil mie yang di pesan oleh Wahyu. “Ini, harganya 6000,” ucap Penjual. Wahyu pun memberi uang dan bertanya “Apa ada air panas?”

“Air panas? Maaf, tidak ada. Saya tidak menyediakan air panas,” ucap Penjual. “Ngak apa-apa, mari bang,” ucap Wahyu lalu berjalan pergi mencari sebuah tempat yang di rasa sunyi dan jauh dari pantauan publik.

Wahyu pun tiba di belakang toilet umum. Kebetulan di sana sepi dan tidak beraroma spesial sehingga menjadi tempat yang strategis untuk melangsungkan acara makan mie itu seperti ketika ia masih  kecil. Wahyu pun mulai meremas mie instan itu kemudian ia taburi bumbunya dan mulai memakannya. “Makan seperti ini membuatku teringat masa kecil,” batin Wahyu di sela makannya.

<<<OOO>>>

Setelah selesai makan, Wahyu pun melanjutkan perjalanannya. Ia mendapat informasi bahwa ada sebuah bengkel yang tak jauh dari tempat saat ini ia berada. Wahyu pun bergegas menuju bengkel tersebut.

Dalam beberapa menit, Wahyu pun tiba di depan bengkel yang di maksud. Sebuah bengkel besar dengan nama Service Shop. Melihatnya saja, Wahyu langsung takut jika ia akan di tolak mentah-mentah. Wahyu pun nyaris mundur dan menyerah untuk melamar kerja di sana.

Namun, ia teringat janji yang ia katakan pada dirinya sendiri sewaktu pagi. Wahyu pun memberanikan diri dan mulai melangkahkan kakinya perlahan untuk memasuki bengkel tersebut. Berhubung di tempat itu ada Satpam, Wahyu pun memutuskan untuk bertanya pada satpam itu.

“Selamat siang,” salam Wahyu. “Oh siang, ada yang bisa saya bantu,” ucap Satpam dengan papan nama bertuliskan ‘Renald’. “Saya mau tanya, apakah di bengkel ini mencari pegawai?” tanya Wahyu.

“Pegawai ya..aku mendengar katanya bengkel ini mencari pegawai baru, tapi entah apa sudah ada yang masuk, coba tanya pada Managernya,” ucap Renald atau si satpam. “Terima kasih, tapi siapa Managernya?” tanya Wahyu. “Bapak Ferdi, dia ada di ruangannya sekarang. Tapi kau harus cepat, biasanya jam-jam segini pak Ferdi pergi meninggalkan bengkel untuk makan siang,” ucap Renald.

“Makasih, aku masuk sekarang, permisi,” ucap Wahyu lalu pergi memasuki ruangan. Tiba-tiba, “Dek, tunggu. Saya akan mengantarmu,” ucap Renald. “Ohh, terima kasih,” ucap Wahyu.

Setibanya di dalam bengkel, Wahyu kagum saat melihat dalamnya. Banyak peralatan-peralatan yang sama sekali belum pernah ia lihat. Para montir yang bekerja sangat cepat dan sangat ahli dan teliti. Mobil-mobil mewah yang di perbaiki sangatlah membuat Wahyu kagum.

Mereka pun menaiki Lift untuk menuju lantai atas tempat manager bengkel ini berada. Setibanya di sana, “Wahyu, aku akan masuk dan bertanya. Kau tunggu di luar,” ucap Renald lalu memasuki ruangan. Wahyu pun menunggu.

Beberapa menit kemudian, Renald pun keluar. “Silakan, kau beruntung karena posisi montir tersedia. Itupun jika kau berniat, aku akan menunggu di sini. Kau masuklah, pak Ferdi sudah menunggu,” ucap Renald. Dengan rasa percaya diri, wahyu pun membuka pintu dan perlahan memasuki ruangan untuk menghadap sang manager.

<<<OOO>>>

“Selamat siang, permisi,” ucap Wahyu ketika berada di dalam ruangan. “Silakan duduk, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan,” ucap Ferdi. “Terima kasih,” kata Wahyu lalu duduk di salah satu kursi yang tersedia lalu memberikan Map berisi dokumen pada Ferdi atau sang manager.

“Nama?” tanya Ferdi sambil membuka map. “Nama saya Wahyu, lengkapnya Wahyu Aditya,” jawab Wahyu. “Umur? lulus di universitas apa? tujuan masuk ke bengkel ini untuk apa? apa motivasi yang membuatmu mengambil jurusan di universitasmu?” tanya Ferdian sekaligus. “Umur 19, saya tidak kuliah, tujuan untuk bekerja sebagai montir jika bisa, saya mengambil jurusan mekanika karena saya ingin bisa memperbaiki kendaraan saya,” jawab Wahyu.

Ferdi pun menjadi kaget. “Kau tidak kuliah?” ucap Ferdi lalu membaca Izajah Wahyu. Ia membaca sekilas lalu meletakan kembali ke dalam map beserta dokumen lainnya. Setelah itu, Ferdi pun mengembalikan Map itu pada Wahyu. “Pergi dari Sini, aku tidak mau menerima pegawai yang bukan lulusan dari Universitas. Apalagi yang mau menjadi montir,” ucap Ferdi sambil berdiri.

“Apa? Saya tidak di terima?” tanya Wahyu memastikan. “Ya’, silakan keluar,” ucap Ferdi. Wahyu pun hanya tertunduk. Ia sudah sering mengalaminya. Tapi ini sepertinya yang terparah. Wahyu hanya bisa tertunduk. “Apa kau tidak mendengar, silakan keluar. Aku mau pergi untuk makan siang,” ucap Ferdi. Lalu melangkahkan kakinya untuk keluar.

Wahyu pun langsung berdiri dari tempat duduk lalu berlutut di hadapan Ferdi. “Pak, aku mohon, tolong terima aku, tolong. Bekerja sebagai Cleaning service pun tidak masalah, asal saya di gaji, tolong pak,” ucap Wahyu sambil memegangi kaki Ferdi. “Apa-apaan ini, menyingkirlah. Saya mau pergi. Kau pergi dari sini, saya tidak akan memperkerjakanmu di manapun, bengkel ini sudah penuh,” ucap Ferdi sambil berusaha mengoyangkan kakinya untuk melepas pegangan Wahyu.

“Pak, kumohon, aku hanya ingin bekerja dan di gaji, aku mohon pak, saya sudah di tolak di banyak tempat, saya tidak mau di tolak lagi di bengkel ini, saya perlu makan dan membayar keperluan hidup yang lain,” ucap Wahyu.

“Itu bukan urusanku, silakan kau pergi. Masih banyak orang berpendidikan tinggi di luar yang bisa mengisi kekosongan bengkel ini, jadi silakan pergi tinggalkan ruangan ini dan bengkel ini,” ucap Ferdi lalu melanjutkan perjalanan. Wahyu pun berusaha menahan langkah kaki Ferdi.

“Hey, lepaskan, saya mau pergi, lepaskan atau akan ku panggil satpam dan ku sepak kau sampai ke pintu keluar!” ucap Ferdi. “Pak, tolong, saya perlu membayar uang sewa dan perlu makan,” ucap Wahyu dengan nada sedih. “Menyebalkan, aku tidak peduli, siapa suruh hidup, lepaskan atau ku panggil Satpam!” ucap Ferdi dengan nada keras mengertak.

Karena Wahyu tak kunjung melepas, Akhirnya Ferdi pun memanggil satpam. Renald pun masuk dan meminta Wahyu keluar. Karena menolak, Wahyu pun di tarik paksa untuk keluar. Tak lupa Ferdi menyepak Wahyu berulang-ulang hingga keluar dari kantornya.

“Pergi dari sini, kau tidak akan pernah kami terima di sini, cari tempat lain sana,” ucap Ferdi sambil membersihkan celananya yang sebenarnya tidak kotor. “Lepaskan! Kumohon pak, terima aku kerja di sini,” ucap Wahyu. “Tidak akan pernah, seret ia sampai keluar,” kata Ferdi.
Tiba-tiba seorang pria dengan jas hitam muncul di balik pintu lift. Pria itu merasa terganggu akibat suara berisik yang terdengar kala pintu lift terbuka. “Ada apa ini, apa yang terjadi,” ucap Pria itu.

“P-pak Halim, anda sudah selesai?” tanya Ferdi. “Ya, rapatnya berlangsung cepat, dan aku nyaris terlambat menghadiri rapat penting itu jika tidak ada seorang pemuda yang memperbaiki mobilku,” ucap pria itu atau bisa di panggil Halim sekarang.

“Apa dia dari instansi kita?” tanya Ferdi. “Bukan, ia hanya pemuda yang kebetulan lewat dan menawarkan jasa memperbaiki mobilku. Bahkan ia tidak mau di bayar,” ucap Halim. Wahyu pun langsung terdiam walau ia belum melihat orang yang di panggil Halim tersebut. “Rasa-rasanya ini seperti yang kulakukan tadi?” batin Wahyu lalu berbalik perlahan.

“Dia siapa, kenapa kalian mau mengusirnya,” ucap Halim yang kebetulan belum melihat keberadaan orang yang membantunya. “Dia mau melamar, tapi yg ia punya hanya izajah SMK,  tapi ia mengotot untuk bekerja di sini,” ucap Ferdi.

“Ya, kami melarang adanya pegawai yang kurang berpendidikan untuk menjadi montir, karena bisa membahayakan, kecuali jika ia bertalenta,” kata Halim. “Jadi balikan wajahmu agar bisa kulihat,” lanjut Halim. Wahyu pun membalikan badannya.

Halim dan Wahyu pun kaget saat mereka saling bertatapan. “K-kau, bukannya pemuda yang tadi?” tanya Halim bingung. “i-iyaaa,” jawab Wahyu dengan nada pelan. Ferdi dan Renald pun menjadi bingung. “Jadi, apakah anda telah mengenal anak ini?” tanya Ferdi. Halim pun menjawab sambil menatap Wahyu “Ya, dia adalah pemuda yang memperbaiki mobilku.”

Ferdi dan Renald pun menjadi semakin kaget. “Namamu siapa?” tanya Halim. “Nama saya Wahyu Aditya,” ucap Wahyu dengan nada lambat. “Pekenalkan, nama saya Halim, tadi kita lupa berkenalan karena kau keburu pergi, aku juga sudah terlambat untuk menghadiri rapat, bisa di bilang kau penyelamat karena rapat itu bukanlah rapat biasa,” ucap Halim.

Ferdi dan Renald pun tertunduk merenungi apa yang baru saja mereka lakukan. “Atas nama Bengkel Service Shop, aku meminta maaf atas perlakuan Manager kami,” ucap Halim. “Tidak masalah, aku akan pergi sekarang. Maaf juga telah memaksa untuk bekerja di sini,” ucap Wahyu lalu bergerak menuju lift untuk pergi.

“Wahyu, tunggu. Ikutlah saya ke ruangan saya,” ucap Halim. Wahyu pun hanya bisa menurut dan mengikuti Halim. Ferdi pun turut mengikuti dari belakang sementara Renald kembali untuk berjaga lagi.

<<<OOO>>>

Di ruangan Pimpinan bengkel tersebut, Wahyu duduk berhadapan dengan halim. Ferdi pun berdiri di samping Halim. “Tadi aku melihat caramu memperbaiki mobilku, dan menurutku itu sudahlah lebih dari cukup untuk menjadi montir bengkel kami, kau punya potensi, dan juga kegigihan,” ucap Halim.

“Jadi aku berencana untuk menerima kau bekerja di sini. Apa kau mau?” tanya Halim. Wahyu pun membuka matanya lebar-lebar saat mendengar bahwa ia akan bekerja di sini. “M-m..a..u,”jawab Wahyu dengan nada lambat.

“Bagus, mulai besok kau bisa bekerja di sini, Ferdi, berikan Wahyu seragam dan jelaskan tugasnya,” titah Halim. “B-baik, Wahyu, ikuti aku. Kita ke gudang,” ucap Ferdi. Mereka berdua pun berjalan keluar ruangan Halim menuju gudang.

Di gudang, Ferdi mencarikan seragam yang sesuai untuk Wahyu. “Setelah dapat, Ferdi pun memberikan pada Wahyu untuk di coba. “Tugasmu adalah menjadi montir, kau melakukan Servis pada kendaraan. Tapi untuk fase sekarang, kau hanya di izinkan melakukan servis pada motor,” ucap Ferdi.

“Baik, motor jenis apa yang aku bisa servis?” tanya Wahyu. “Segala jenis motor, kecuali Motor Sport. Tapi, kau belum di izinkan melakukan servis sendirian, kau akan di dampingi oleh seniormu. Dia yang juga akan mengajarimu,” ucap Ferdi. Wahyu pun mengangguk setuju.

“Selamat bertemu besok di bengkel ini, maaf soal kejadian yang tadi,” ucap Ferdi. “Tidak apa-apa, mengenai rapat, seberapa penting rapat yang di hadiri pak Halim?” tanya Wahyu. “Itu sangat penting. Jika saja pak Halim terlambat setengah jam, maka izin operasi Bengkel ini akan di cabut selama beberapa bulan,” ucap Ferdi.

Wahyu yang kaget pun hanya bisa mengelengkan kepalanya mengetahui seberapa penting rapat itu. “Sampai di sini dulu, aku mau makan siang. Kita bertemu lagi besok,” ucap Ferdi lalu pergi meninggalkan Wahyu yang berada di gudang. Wahyu pun ikut keluar dari gudang.

<<<OOO>>>

Wahyu pun memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Besok adalah hari besarnya. Ia hampir tidak percaya, perbuatan baik yang pernah ia lakukan ternyata sangat berpengaruh terhadap kehidupannya kemudian. Ayahnya memang selalu menasehatinya dengan nilai-nilai kebaikan. Ibunya pun sama.

Setibanya di apartemennya, Wahyu pun melepas pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah mandi, ia pun berjalan menuju tempat tidur untuk beristirahat setelah seharian berjalan mencari tempat kerja. Perasaan bahagia pun muncul saat matanya melihat kantung plastik yang berisi sebuah seragam dari bengkel ternama.

“Ibu, ayah, kalian benar. Takdir selain kematian dapat di ubah dengan kerja keras dan kegigihan. Terima kasih sudah memberitahukan itu sejak awal,” ucap Wahyu sambil menutup matanya. Senyum pun terbentuk di bibirnya dan air mata kebahagiaan pun menetes perlahan dari matanya.


TAMAT

Tidak ada komentar

Postingan Terbaru

[Si Miskin Boruto] Chapter 2 : Gadis Yang Menyebalkan

Chapter 2 : Gadis Yang Menyebalkan : : Hinata yg mengetahui Boruto terluka pun segera mendekati Boruto yg sedang mencari ...

Diberdayakan oleh Blogger.